Kebaikan Tanpa Batas Bukanlah Kebijaksanaan
Dalam relasi sosial, kebaikan adalah nilai mulia—namun tanpa batas yang sehat, ia bisa berubah menjadi celah untuk dimanfaatkan. Pesan ini mengingatkan kita bahwa menjadi “baik” bukan berarti selalu tersedia, selalu mengiyakan, atau selalu mengorbankan diri demi kenyamanan orang lain.
Ketika seseorang terus-menerus bersikap ramah tanpa menetapkan batas, ia berisiko tidak dihargai, hanya ditoleransi. Orang cenderung meremehkan apa yang selalu tersedia tanpa syarat. Contohnya: rekan kerja yang terus-menerus melemparkan tugas karena tahu kamu “terlalu baik untuk menolak.”
Kebaikan yang sehat membutuhkan keberanian untuk berkata “tidak” dengan tenang. Menyatakan prioritas bukanlah bentuk egoisme, melainkan ekspresi tanggung jawab terhadap diri sendiri. Kalimat seperti:
“Saya sedang fokus pada prioritas saya saat ini” adalah bentuk batas yang elegan—tanpa rasa bersalah, tanpa konflik.
“Until you value yourself, you won’t value your time. Until you value your time, you will not do anything with it.”
—M. Scott Peck
“Sampai kamu menghargai diri sendiri, kamu tidak akan menghargai waktumu. Sampai kamu menghargai waktumu, kamu tidak akan melakukan apa pun dengannya.”
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!