Energi yang Menghidupi Semesta
Dalam hidup yang hanya sepanjang tarikan napas, menanam selain cinta adalah menyia-nyiakan ladang jiwa. Cinta bukan sekadar emosi, melainkan energi yang menghidupi semesta.
Ia adalah benih yang tumbuh menjadi pohon makna, akar yang menembus bumi dan cabang yang menjangkau langit.
Segala yang kau kejar—kebahagiaan, ketenangan, makna—bersemayam dalam cinta. Maka kejar cinta itu sendiri, bukan bayangannya. Sebab cinta bukan tujuan, ia adalah jalan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.”
— Surat Ar-Rum: 21
Cinta adalah tanda kebesaran Tuhan. Bagi Rumi, cinta bukan hanya antara dua insan, tetapi pancaran Ilahi yang menjadikan hati tenteram. Cinta adalah rahmat yang menghubungkan makhluk dengan Sang Pencipta melalui kelembutan dan kehadiran.
“Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segalanya.”
— Rumi
Cinta adalah jalan spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama. Ia bukan sekadar perasaan, melainkan gerak jiwa menuju kefanaan ego dan kebersatuan dengan sumber segala makna. Dalam cinta, batas-batas lenyap, dan yang tersisa hanyalah kehadiran.
“Cinta kepada Allah adalah kehidupan bagi hati dan cahaya bagi jiwa.”
— Imam Ali bin Abi Thalib
Cinta adalah cahaya yang menembus kegelapan batin. Ia bukan sekadar rasa, tetapi kekuatan yang menghidupkan dan menerangi. Dalam cinta, hati menemukan arah, dan jiwa menemukan rumah.
“Cinta sejati adalah intuisi akan keindahan Ilahi yang melampaui bentuk.”
— Frithjof Schuon
Cinta adalah pengenalan akan Yang Mutlak melalui keindahan. Rumi pun melihat cinta sebagai jalan menuju Tuhan, bukan melalui dogma, tetapi melalui pengalaman langsung akan keindahan dan kerinduan yang tak terjelaskan.
“Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
— HR. Bukhari dan Muslim
Cinta adalah fondasi iman. Bagi Rumi, cinta kepada sesama adalah refleksi cinta kepada Tuhan. Ketika cinta melampaui kepentingan diri, ia menjadi jalan menuju kesempurnaan spiritual.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!